Senin, 16 April 2012

laporan IPTU fungisida


semoga bermanfaat
"tempatkanlah sesuatu pada tempatnya,,itu namanya adil"




PENGENALAN FUNGISIDA

( Laporan Praktikum Ilmu Pentakit Tumbuhan)


Oleh
Kelompok 6
Mutoharoh
1014121136












LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011











I.  PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pangan berkaitan dengan cara-cara produksi organik atau non organik hanya apabila pangan tersebut berasal dari sebuah sistem pertanian organik yang menerapkan praktek-praktek manajemen yang bertujuan untuk memelihara ekosistem untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan, dan melakukan pengendalian gulma, hama dan penyakit, melalui berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan ternak, seleksi dan pergiliran tanaman, manajemen pengairan, pengolahan lahan dan penanaman serta penggunaan bahan-bahan hayati. Kesuburan tanah dijaga dan ditingkatkan melalui suatu sistem yang mengoptimalkan aktivitas biologis tanah dan keadaan fisik dan mineral tanah yang bertujuan untuk menyediakan suplai nutrisi yang seimbang bagi kehidupan tumbuhan dan ternak serta untuk menjaga sumberdaya tanah. Produksi harus berkesinambungan dengan menempatkan daur ulang nutrisi tumbuhan sebagai bagian penting dari strategi penyuburan tanah.
Manajemen hama dan penyakit dilakukan dengan merangsang adanya hubungan seimbang antara inang/predator, peningkatan populasi serangga yang menguntungkan, pengendalian biologis dan kultural serta pembuangan secara mekanis hama maupun bagian tumbuhan yang terinfeksi. Dasar budidaya ternak secara organik adalah pengembangan hubungan secara harmonis antara lahan, tumbuhan dan ternak, serta penghargaan terhadap kebutuhan fisiologis dan kebiasaan hidup ternak. Hal ini dipenuhi melalui kombinasi antara penyediaan pakan yang ditumbuhkan secara organik yang berkualitas baik, kepadatan populasi ternak yang cukup, sistem budidaya ternak yang sesuai dengan tuntutan kebiasaan hidupnya, serta cara-cara pengelolaan ternak yang dapat mengurangi stress dan berupaya mendorong kesejahteraan serta kesehatan ternak, pencegahan penyakit dan menghindari penggunaan obat hewan kolompok sediaan farmasetika jenis kemoterapetika (termasuk antibiotika).

Pestisida atau bahan pembasmi serangga dan penyskit kini digunakan secara luas oleh masyarakat petani. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, juga merupakan racun yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Karena itu perlu ditangani dengan baik dan hati-hati. Pestisida yang biasa kita dapat di pasar adalah dalam bentuk cair, tepung atau butiran. Ketiganya sama berbahayanya bagi kesehatan. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, pernapasan, mulut, dan mata.
B.  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui junis – jenis fungisida dan mengetahui kegunaan bagi tanaman serta dosisnya.















II.  TINJAUAN PUSTAKA

Pestisida adalah zat kimia yang digunakan untuk membunull atau mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jasad pengganggu). Kata pestisida berasal dati kata pest yang berarti hama (jasad pengganggu) dan cida yang berarti membunub. Jadi pestisida adalall bahan-baban kimia yang digunakan untuk mengeudalikan populasi jasad hidup yang merugikan manusia, tumbuban, dan ternak (Hartono.Label fungisida.2011).

Macam-macam pestisida antara lain insektisida (pembunub serangga), fungisida (pembunuh cendawan), herbisida (pembunuh gulma), larvasida (pembunuh larva), rodentisida (pembunuh binatang pengerat), dan avisida (pembunuh burung). Empat golongan insektisida yang banyak digunakan menurut rmnus bangunnya adalah hidrokarbon berklor, organofosfal, karbarnat, dan piretroid. Sementara itn, golongan fungisida yang sering digunakan menurut rmnns bangunnya antara lain organosu\fur, benzimidazol, pirimidin, tiofanal, oksatin dan dinitrofenol (Agrios, George W. 1996).

Insektisida Organofosfat Insektisida yang paling banyak beredar di pasaran tennasuk dalam golongan organofosfat. Beberapa contoh insektisida golongan ini adalah diazinon, dimetoal, fenitrotion, dan klorpirifos. Insektisida ini memiliki toksisitas sedang terhadap marnalia, tetapi dapat meracuni pemakainya melalui mulul, kulit ataupun pernafasan (Mujim, Subli. 2007).

Senyawa dati golongan ini menghambat enzim asetilkolinesterase yang berfungsi menghidrolisis asetilkolin pada sinapsis sistem syaraf. Apabila asetikolin telah terhidrolisis, impuls syaraf tidak timbul secara terns menerns dan sel syaraf siap
menerima rambu berikutnya (Semangun, Haryono. 1996).
Sifat ini demikian khas hingga Matsumura (1985) mengatakan bahwa senyawa organofosfat yang tidak memiliki kemarnpuan menghambat asetilkolinesterase tidak dapat disebut senyawa organofosfat sejati. Keracunan akibat senyawa organofosfat akan menyebabkan otot -otot menjadi kejang dan penderita akan menggelepar-gelepar. Gejala-gejala lairmya dati keracunan senyawa ini adalah pellingpelling, gemetar, penglihatan menjadi kabur, mual, lemah, kejang, diare, dan sakit dada. Tanda-tanda lainya ialah berkeringal, mata berair, air liur (Pracaya. 2005).



























III.  METODOLOGI


A.  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah fungisida ALITTE 80 WP, ROVRAL 50 WP, RIDOMI 35 SD, ANVIL 50 SC, ORTHOCIDE 50 WP, ANTRACOL 70 WP, CUPRAVIT OB 21, DELSENE MX 200, dan insektisida LEBAYCID 550 EC.
B.  Cara Kerja
Cara kerja dadi praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.      Fungisida dicata selengkap – lengkapnya dengan menggunakan alat tulis.
3.      Fungisida yang dicatat yaitu nama fungisisda, bahan aktif, dosis penggunaan, tanaman yang diberi fungisisda terta penyakit.

















IV.  HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A.  Data Pengamatan
No.
Gambar
Keterangan
1

Nama : ALIETTE 50 WP
Jenis : Fungisida Sistemik
Bahan Aktif : Aluminium Fosfit 80%
Tanaman : Lada
Penyakit : Phytopthora Palmivora
Dosis : 4 gr Aliette 80 wp/liter
Waktu penyemprotan : Semprotkan pada daun dan ulangi 1 bulan sekali.
2

Nama : ROVRAL 50 WP
Jenis : Fungisida
Bahan Aktif : Iprodion 50 %
Tanaman : Kentang
Penyakit : phytopthora Infestan
Dosis : 1 – 2 kg/ha
Waktu penyemprotan : Dua minggu setelah tanam, diulang selang waktu 7 hari.
3
Nama : ANVIL 50 SC
Jenis : Fungisida Sistemik
Bahan Aktif : Heksakonazol 50 g/l
Tanaman : kopi
Penyakit : Karat Daun
Dosis : 1 – 2 ml/ L air
Waktu penyemprotan :  disemprotkan pada daun, dan selang waktu 7 – 10 hari.
4
Nama : OTRHOCIDE 50 WP
Jenis : Fungisida
Bahan Aktif : Kaptan 50 %
Tanaman : Bawang merah
Penyakit : Aliternaria Sp.
Dosis : 10 – 20 g/l
Waktu penyemprotan : penyemprotan diulangi selama 7 – 10 hari.
5

Nama : LEBAYCID 550 ES
Jenis : Insektisida
Bahan Aktif : Fention 500 g/l
Tanaman : Kacang Tanah
Penyakit : Plusia Chalcites ( Perusak Daun)
Dosis : 1 ml/l
Waktu penyemprotan : bila ditemukan, intensitas serangan rata- rata ≥ 12,5 %
6

Nama : ALIETTE 60 WP
Jenis : Fungisida Sistemik
Bahan Aktif : Aluminium Fosfit 60 g/l
Tanaman : Kelapa
Penyakit : Phytopthora Palmivora
Dosis : 40 – 80 ml/pohon
Waktu penyemprotan : Infus melalui akar pada awal musim hujan, diulang 6 bulan sekali
7
http://www.toko-kimia.com/images/stories/fungisida/antracolbig.jpg
Nama : ANTRACOL 70 WP
Jenis : Fungisida
Bahan Aktif : Propineb 70%
Tanaman : Cabai Merah
Penyakit : Bercak Daun ( Cercospora Sp )
Dosis :  2 – 4 g/l ( 500 – 1000  l/ha )
Waktu penyemprotan : Bila timbul gejala interval 7 hari.
8
Nama : RIDOMIL 35 SD
Jenis : Fungisida
Bahan Aktif : Metaloksil 35 %
Tanaman : Jagung
Penyakit : Sclerospora Maydis
Dosis : 5 g dilarutkan 7,5 ml/g benih jagung
Cara : Dicampurkan lalu dikering anginkan.
9
Nama : CUPRAVIT OB 21
Jenis ; Fungisida
Bahan Aktif : Tembaga Oksiklorida 50 %
Tanaman : Cabai Merah
Penyakit : Colletotricum Sp
Dosis : 1 – 2 g/l
Waktu penyemprotan : Bila ada serangan interval 1 minggu.
10
Nama : DELSENE MX 200
Jenis : Fungisida Sistemik
Bahan Aktif : Karbendazim 6,2 %
Tanaman : Kacang Tanah
Penyakit : Bercak Daun ( Cercospora Sp )
Dosis : 400 – 800  l/ha
Waktu penyemprotan : Pada umur 40, 50, 60, 70 dan 80 setelah tanam.
11

Nama : AGRIFOS 400 AS
Jenis : Fungisida Sistemik
Bahan Aktif : Asam Fosfit 400 g/l
Tanaman : Kentang
Penyakit : Busuk Daun
Dosis : 2-4 ml/ l
Waktu penyemprotan : Penyemprotan volume tinggi jika ditemukan 1 atau lebih bercak aktif per 10 tanaman pada cuaca berkabut atau kelembaban udara tinggi.

B.  Pembahasan
Pestisida adalah zat kimia yang digunakan untuk membunull atau mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jasad pengganggu). Kata pestisida berasal dati kata pest yang berarti hama (jasad pengganggu) dan cida yang berarti membunub. Jadi pestisida adalall bahan-baban kimia yang digunakan untuk mengeudalikan populasi jasad hidup yang merugikan manusia, tumbuban, dan ternak.

Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi). Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik local. Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini erat hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya. Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll.
Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/ cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh : tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.

Pada praktikum ini  yaitu tentang pengenalan fungisida. Setelah dilaksanakan praktikum ini diperoleh penjelasan tentang jenis fungisida. Berikut ini keterangan mengenai beberapa jenis fungisida:
1.      Rovral® 50 WP
Jenis  : Fungisida
Bahan Aktif : iprodion 50%
Ukuran Kemasan : 100 g
Rovral adalah fungisida pelindung yang mengandung iprodion sebagai bahan aktif. Sangay efektif untuk melawan jenis jamur yang tahan dengan benzimidazole.
Rovral diaplikasikan sebelum penyakit menyerang, namun bisa juga dipergunakan untuk desinfektan pada bibit. Rovral juga telah memperlihatkan hasil terbatas dengan cara kerja sistematis menemukan sumber masalah di tanah berumput dan tanaman lain. Iprodione berfungsi dengan baik ketika diaplikasikan sebagai fungisida untuk pencegahan namun dalam beberapa kasus dapat juga dipergunakan untuk mengatasi masalah yang sudah terjadi dengan proses yang sistematis.
2.      Alliete 80 WP
Aluminium fosetil : 80 %, Fungisida sistemik, berbentuk tepung yang dapat disuspensikan untuk jenis tanaman :
a.       Lada :Penyakit busuk pangkal batang Phytophthora palmivora;
Penyemprotan volume tinggi :1 – 2 g/l
b.      Nenas : Penyakit busuk hati dan busuk akar Phytophthora cinnamomi
Penyemprotan volume tinggi :1,5 – 3 kg/ha
3.      Orthocide 50 WP
Nama dagang : Orthocide 50 WP
Bahan aktif : kaptan 50 %
Volume : 200 gram
Jenis pestisida : Fungisida
Tanaman : Bawang merah (Aliternaria Sp).
Dosis: 10 – 20 g/l
Waktu : 7-10 hari setelah penanaman
Aplikasi : disemprotkan
Penyimpanan : disimpan ditempat tertutup, sejuk, jauh dari api dengan suhu yang tinggi
Petunjuk pertolongan : Tanggalkan pakaian, cuci mata bila terkena mata dengan air bersih, cuci tangan dengan air dan sabun.
4.      Anvil 50 SC
Fungisida sistemik berbentuk suspensi, berwarna putih kecoklat-coklatan untuk mengendalikan penyakit pada tanaman apel, bawang merah, bawang putih, cabai, jambu mete, kacang tanah, karet, kedelai kopi, padi, pisang, semangka dan tomat.
Bahan Aktif : heksakonazol 50g/l
Aplikasi : Penyiraman pada akar/ leher akar dengan selang waktu 6 bulan.
Penyimpanan : disimpan ditempat tertutup, sejuk, jauh dari api dengan suhu yang tinggi
Petunjuk pertolongan : Tanggalkan pakaian, cuci mata bila terkena mata dengan air bersih, cuci tangan dengan air dan sabun.
5.      Antacol 70 WP
Jenis  : Fungisida
Bahan Aktif : Propineb 70%
Ukuran Kemasan : 250g, 500g, 1kg
Antracol adalah fungisida yang memiliki kerja cepat dan telah diproduksi serta dipasarkan di Indonesia selama lebih dari 30 tahun. Antracol sangat cocok untuk mengontrol Phytophthora dan Alternaria untuk sayur-sayuran. Antracol adalah kegiatan residu yang sangat baik.

Hasil yang baik telah dicapai oleh Antracol diantaranya adalah untuk mengatasi penyakit leaf spot pada sayuran. Antracol dapat ditoleransi dengan baik oleh tanaman dalam konsentrasi tertentu. Tidak ada bahaya terbentuknya resistensi (multi-site) / dapat berguna dalam program anti-resistance untuk jenis patogen yang berbeda (downy mildew, Alternaria, scab dll).
6.      Aliette 60 WP
Informasi Produk
Aliette fungisida merek ® memberikan benar, perlindungan dua arah sistemik terhadap Phytophthora, penyakit bulai dan penyakitlainnya. Dengan beberapa mode aksi, Aliette serangan patogenpada tahap pertumbuhan ganda untuk pengendalian penyakit lebih baik secara keseluruhan. Dan tindakan yang unik ganda tidak hanya serangan dan jamur kontrol pada kontak, tetapi jugamerangsang mekanisme sendiri pabrik pertahanan.
Terdaftar Tanaman : Sayuran berdaun, Buah Batu, POME Buah, Pohon Kacang, Jeruk, Berbuah Sayuran.
7.      Delsene MX-200
Nama dagang : Delsene MX-200
Nama bahan aktif : karbendazim dan mankozeb
Volume : 100 gram
Jenis pestisida : Fungisisda
Tanda bahaya : Bahan iritasi
Tanaman Penyakit Dosis Konsentrasi
Kacang tanah Corcospora 1.0-2.0 gr/lt Gr/10 lt air
Aplikasi : dengan penyemprotan
Penyimpanan : ditempat yang aman
Petunjuk pertolongan : Tanggalkan pakaian, cuci mata bila terkena mata dengan air bersih.
8.      Ridomil 35 SD
Nama dagang: Ridomil 35 SD
Bahan aktif : Metaloksil 35 %
Volume : 20x5 gram
Jenis Pestisida: Fungisida
Tanda bahaya : tidak ada
Tanaman Penyakit Dosis
Jagung Bulai ( sclerospora maydis) 5 gram dilarutkan dengan 7.5 ml air
Aplikasi : prantanam dengan merendam benih
Penyimpanan : disimpan ditempat yang aman
Petunjuk pertolongan : Tanggalkan pakaian, cuci mata bila terkena mata dengan air bersih, cuci tangan dengan air dan sabun.
9.      Cupravit OB 21
Grup : Fungisida
Bahan Aktif : Copper oxychloride 50%
Ukuran Kemasan : 1 kg
Fungisida kontak berspektrum luas dan dapat mengontrol berbagai penyakit tanaman. Harus dipergunakan dengan cara penyemprotan di awal pertumbuhan sebagai perlindungan sebelum penyakit menyerang daun atau buah. Penyemprotan harus diulang untuk menghindari terjadinya. pengulangan infeksi dan menyebarnya penyakit dan untuk melindungi daun muda serta pucuk baru.
Rekomendasi:
Tanaman Masalah Dosis Aplikasi
Cokelat
Phytophthora palmivora 4 g/l Foliar spray, dengan volume air 500 l/ha.
Aplikasikan pada gejala yang timbul, dengan interval 7 hari.
10.  Agrifos 400 AS
Agrifos 400 AL atau yang lebih dikenal dahulu dengan nama Agrifos 400 AS adalah fungisida sistemik berbentuk larutan dalam air berwarna bisu muda untuk mengendalikan penyakit pada tanaman anggur, kentang, tomat, nanas, kelapa, dan tembakau di pembibitan.
Petunjuk penggunaan :
1 Kentang, penyakit busuk daun. dosis 2-4ml/ l
2. Tomat, penyakit busuk daun. dosis 1-2ml/ l
Cara dan waktu aplikasi :
Penyemprotan volume tinggi jika ditemukan 1 atau lebih bercak aktif per 10 tanaman pada cuaca berkabut atau kelembaban udara tinggi.
3. Nenas, penyakit busuk hati. dosis 0, 75 - 1, 5 ml/ l.
4. Kelapa, penyakit busuk pucuk gugur buah. dosis 20 - 40 ml/ pohon
cara dan waktu aplikasi :
Penyemprotan colume tinggi, bila terlihat gejala serangan diulangi 1 minggu sekali.infus akar / infus batang.
5. Tembakau di pembibitan, rebah batang. dosis 0, 75 - 1, 5 ml/ l
cara dan waktu aplikasi :
penyemprotan volume tinggi 1 hari sebelum tebar benih, diulangi 1 minggu sekali.
11.  LEBAYCID 550 ES
Trips adalah hama pada tanaman apel.
Ciri: berukuran kecil dengan panjang 1mm; nimfa berwarna putih kekuningkuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat dan bila tersentuh akan segera terbang menghindar.
Gejala:
(1) menjerang daun, kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda;
(2) pada daun terlihat berbintikbintik putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal;
(3) daun pada ujung tunas mengering dan gugur.
(4) pada daun meninggalkan bekas luka berwarna coklat abu-abu.

Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidk
terlalu rapat; (2) penyemprotan dengan insektisida seperti Lebaycid 550 EC.














V.  KESIMPULAN

Setelah dilakukan praktikum tentang pengenalan fungisida, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pestisida adalah zat kimia yang digunakan untuk membunull atau mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jasad pengganggu).
2.      Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi).
3.      Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut.
4.      Setelah dilakunan pengenalan fungisida ternyata setiap jenis fungisida memiliki jenis yang berbeda, baik cara penggunaan,dosis, kegunaanna untuk tanaman, serta cara penggunaan.
5.      Setiap jenis fungisida ada juga yang kegunaannya sama, baik cara pemakainan maupun pembrantasan bagi penyakit.









DAFTAR PUSTAKA

Agrios, George W. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hartono.Label fungisida.2011. http://ekmon-saurus.blogspot.com/2010/12/Label fungisida.  diakses 26 November  2011, 14.00 WIB
Mujim, Subli. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan ( Buku Ajar ). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman.. Bogor: Penebar Swadaya.
Semangun, Haryono. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan.
            Gadjah Mada Univesity Press. Yogyakarta.
















LAMPIRAN







PENGENALAN FUNGISIDA

( Laporan Praktikum Ilmu Pentakit Tumbuhan)


Oleh
Kelompok 6
Mutoharoh
1014121136












LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011




LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum          : Pengenalan Fungisida
Tanggal Praktikum      : 24 November 2011
Tempat Praktikum       : Laboratorium HPT
Nama                           : Mutoharoh 
NPM                           : 1014121136
Jurusan                        : Agroekoteknologi
Fakultas                       : Pertanian


                                                                                    Mengetahui,
Asisten II                                                                                  Asisten I


Rara Ayu Sekar Sari                                                            Edi Sarwono
0814013054                                                                0814013012










I.  PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pangan berkaitan dengan cara-cara produksi organik atau non organik hanya apabila pangan tersebut berasal dari sebuah sistem pertanian organik yang menerapkan praktek-praktek manajemen yang bertujuan untuk memelihara ekosistem untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan, dan melakukan pengendalian gulma, hama dan penyakit, melalui berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan ternak, seleksi dan pergiliran tanaman, manajemen pengairan, pengolahan lahan dan penanaman serta penggunaan bahan-bahan hayati. Kesuburan tanah dijaga dan ditingkatkan melalui suatu sistem yang mengoptimalkan aktivitas biologis tanah dan keadaan fisik dan mineral tanah yang bertujuan untuk menyediakan suplai nutrisi yang seimbang bagi kehidupan tumbuhan dan ternak serta untuk menjaga sumberdaya tanah. Produksi harus berkesinambungan dengan menempatkan daur ulang nutrisi tumbuhan sebagai bagian penting dari strategi penyuburan tanah.
Manajemen hama dan penyakit dilakukan dengan merangsang adanya hubungan seimbang antara inang/predator, peningkatan populasi serangga yang menguntungkan, pengendalian biologis dan kultural serta pembuangan secara mekanis hama maupun bagian tumbuhan yang terinfeksi. Dasar budidaya ternak secara organik adalah pengembangan hubungan secara harmonis antara lahan, tumbuhan dan ternak, serta penghargaan terhadap kebutuhan fisiologis dan kebiasaan hidup ternak. Hal ini dipenuhi melalui kombinasi antara penyediaan pakan yang ditumbuhkan secara organik yang berkualitas baik, kepadatan populasi ternak yang cukup, sistem budidaya ternak yang sesuai dengan tuntutan kebiasaan hidupnya, serta cara-cara pengelolaan ternak yang dapat mengurangi stress dan berupaya mendorong kesejahteraan serta kesehatan ternak, pencegahan penyakit dan menghindari penggunaan obat hewan kolompok sediaan farmasetika jenis kemoterapetika (termasuk antibiotika).

Pestisida atau bahan pembasmi serangga dan penyskit kini digunakan secara luas oleh masyarakat petani. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, juga merupakan racun yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Karena itu perlu ditangani dengan baik dan hati-hati. Pestisida yang biasa kita dapat di pasar adalah dalam bentuk cair, tepung atau butiran. Ketiganya sama berbahayanya bagi kesehatan. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, pernapasan, mulut, dan mata.
B.  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui junis – jenis fungisida dan mengetahui kegunaan bagi tanaman serta dosisnya.















II.  TINJAUAN PUSTAKA

Pestisida adalah zat kimia yang digunakan untuk membunull atau mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jasad pengganggu). Kata pestisida berasal dati kata pest yang berarti hama (jasad pengganggu) dan cida yang berarti membunub. Jadi pestisida adalall bahan-baban kimia yang digunakan untuk mengeudalikan populasi jasad hidup yang merugikan manusia, tumbuban, dan ternak (Hartono.Label fungisida.2011).

Macam-macam pestisida antara lain insektisida (pembunub serangga), fungisida (pembunuh cendawan), herbisida (pembunuh gulma), larvasida (pembunuh larva), rodentisida (pembunuh binatang pengerat), dan avisida (pembunuh burung). Empat golongan insektisida yang banyak digunakan menurut rmnus bangunnya adalah hidrokarbon berklor, organofosfal, karbarnat, dan piretroid. Sementara itn, golongan fungisida yang sering digunakan menurut rmnns bangunnya antara lain organosu\fur, benzimidazol, pirimidin, tiofanal, oksatin dan dinitrofenol (Agrios, George W. 1996).

Insektisida Organofosfat Insektisida yang paling banyak beredar di pasaran tennasuk dalam golongan organofosfat. Beberapa contoh insektisida golongan ini adalah diazinon, dimetoal, fenitrotion, dan klorpirifos. Insektisida ini memiliki toksisitas sedang terhadap marnalia, tetapi dapat meracuni pemakainya melalui mulul, kulit ataupun pernafasan (Mujim, Subli. 2007).

Senyawa dati golongan ini menghambat enzim asetilkolinesterase yang berfungsi menghidrolisis asetilkolin pada sinapsis sistem syaraf. Apabila asetikolin telah terhidrolisis, impuls syaraf tidak timbul secara terns menerns dan sel syaraf siap
menerima rambu berikutnya (Semangun, Haryono. 1996).
Sifat ini demikian khas hingga Matsumura (1985) mengatakan bahwa senyawa organofosfat yang tidak memiliki kemarnpuan menghambat asetilkolinesterase tidak dapat disebut senyawa organofosfat sejati. Keracunan akibat senyawa organofosfat akan menyebabkan otot -otot menjadi kejang dan penderita akan menggelepar-gelepar. Gejala-gejala lairmya dati keracunan senyawa ini adalah pellingpelling, gemetar, penglihatan menjadi kabur, mual, lemah, kejang, diare, dan sakit dada. Tanda-tanda lainya ialah berkeringal, mata berair, air liur (Pracaya. 2005).



























III.  METODOLOGI


A.  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah fungisida ALITTE 80 WP, ROVRAL 50 WP, RIDOMI 35 SD, ANVIL 50 SC, ORTHOCIDE 50 WP, ANTRACOL 70 WP, CUPRAVIT OB 21, DELSENE MX 200, dan insektisida LEBAYCID 550 EC.
B.  Cara Kerja
Cara kerja dadi praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.      Fungisida dicata selengkap – lengkapnya dengan menggunakan alat tulis.
3.      Fungisida yang dicatat yaitu nama fungisisda, bahan aktif, dosis penggunaan, tanaman yang diberi fungisisda terta penyakit.

















IV.  HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A.  Data Pengamatan
No.
Gambar
Keterangan
1

Nama : ALIETTE 50 WP
Jenis : Fungisida Sistemik
Bahan Aktif : Aluminium Fosfit 80%
Tanaman : Lada
Penyakit : Phytopthora Palmivora
Dosis : 4 gr Aliette 80 wp/liter
Waktu penyemprotan : Semprotkan pada daun dan ulangi 1 bulan sekali.
2

Nama : ROVRAL 50 WP
Jenis : Fungisida
Bahan Aktif : Iprodion 50 %
Tanaman : Kentang
Penyakit : phytopthora Infestan
Dosis : 1 – 2 kg/ha
Waktu penyemprotan : Dua minggu setelah tanam, diulang selang waktu 7 hari.
3
Nama : ANVIL 50 SC
Jenis : Fungisida Sistemik
Bahan Aktif : Heksakonazol 50 g/l
Tanaman : kopi
Penyakit : Karat Daun
Dosis : 1 – 2 ml/ L air
Waktu penyemprotan :  disemprotkan pada daun, dan selang waktu 7 – 10 hari.
4
Nama : OTRHOCIDE 50 WP
Jenis : Fungisida
Bahan Aktif : Kaptan 50 %
Tanaman : Bawang merah
Penyakit : Aliternaria Sp.
Dosis : 10 – 20 g/l
Waktu penyemprotan : penyemprotan diulangi selama 7 – 10 hari.
5

Nama : LEBAYCID 550 ES
Jenis : Insektisida
Bahan Aktif : Fention 500 g/l
Tanaman : Kacang Tanah
Penyakit : Plusia Chalcites ( Perusak Daun)
Dosis : 1 ml/l
Waktu penyemprotan : bila ditemukan, intensitas serangan rata- rata ≥ 12,5 %
6

Nama : ALIETTE 60 WP
Jenis : Fungisida Sistemik
Bahan Aktif : Aluminium Fosfit 60 g/l
Tanaman : Kelapa
Penyakit : Phytopthora Palmivora
Dosis : 40 – 80 ml/pohon
Waktu penyemprotan : Infus melalui akar pada awal musim hujan, diulang 6 bulan sekali
7
http://www.toko-kimia.com/images/stories/fungisida/antracolbig.jpg
Nama : ANTRACOL 70 WP
Jenis : Fungisida
Bahan Aktif : Propineb 70%
Tanaman : Cabai Merah
Penyakit : Bercak Daun ( Cercospora Sp )
Dosis :  2 – 4 g/l ( 500 – 1000  l/ha )
Waktu penyemprotan : Bila timbul gejala interval 7 hari.
8
Nama : RIDOMIL 35 SD
Jenis : Fungisida
Bahan Aktif : Metaloksil 35 %
Tanaman : Jagung
Penyakit : Sclerospora Maydis
Dosis : 5 g dilarutkan 7,5 ml/g benih jagung
Cara : Dicampurkan lalu dikering anginkan.
9
Nama : CUPRAVIT OB 21
Jenis ; Fungisida
Bahan Aktif : Tembaga Oksiklorida 50 %
Tanaman : Cabai Merah
Penyakit : Colletotricum Sp
Dosis : 1 – 2 g/l
Waktu penyemprotan : Bila ada serangan interval 1 minggu.
10
Nama : DELSENE MX 200
Jenis : Fungisida Sistemik
Bahan Aktif : Karbendazim 6,2 %
Tanaman : Kacang Tanah
Penyakit : Bercak Daun ( Cercospora Sp )
Dosis : 400 – 800  l/ha
Waktu penyemprotan : Pada umur 40, 50, 60, 70 dan 80 setelah tanam.
11

Nama : AGRIFOS 400 AS
Jenis : Fungisida Sistemik
Bahan Aktif : Asam Fosfit 400 g/l
Tanaman : Kentang
Penyakit : Busuk Daun
Dosis : 2-4 ml/ l
Waktu penyemprotan : Penyemprotan volume tinggi jika ditemukan 1 atau lebih bercak aktif per 10 tanaman pada cuaca berkabut atau kelembaban udara tinggi.

B.  Pembahasan
Pestisida adalah zat kimia yang digunakan untuk membunull atau mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jasad pengganggu). Kata pestisida berasal dati kata pest yang berarti hama (jasad pengganggu) dan cida yang berarti membunub. Jadi pestisida adalall bahan-baban kimia yang digunakan untuk mengeudalikan populasi jasad hidup yang merugikan manusia, tumbuban, dan ternak.

Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi). Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik local. Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini erat hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya. Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll.
Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/ cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh : tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.

Pada praktikum ini  yaitu tentang pengenalan fungisida. Setelah dilaksanakan praktikum ini diperoleh penjelasan tentang jenis fungisida. Berikut ini keterangan mengenai beberapa jenis fungisida:
1.      Rovral® 50 WP
Jenis  : Fungisida
Bahan Aktif : iprodion 50%
Ukuran Kemasan : 100 g
Rovral adalah fungisida pelindung yang mengandung iprodion sebagai bahan aktif. Sangay efektif untuk melawan jenis jamur yang tahan dengan benzimidazole.
Rovral diaplikasikan sebelum penyakit menyerang, namun bisa juga dipergunakan untuk desinfektan pada bibit. Rovral juga telah memperlihatkan hasil terbatas dengan cara kerja sistematis menemukan sumber masalah di tanah berumput dan tanaman lain. Iprodione berfungsi dengan baik ketika diaplikasikan sebagai fungisida untuk pencegahan namun dalam beberapa kasus dapat juga dipergunakan untuk mengatasi masalah yang sudah terjadi dengan proses yang sistematis.
2.      Alliete 80 WP
Aluminium fosetil : 80 %, Fungisida sistemik, berbentuk tepung yang dapat disuspensikan untuk jenis tanaman :
a.       Lada :Penyakit busuk pangkal batang Phytophthora palmivora;
Penyemprotan volume tinggi :1 – 2 g/l
b.      Nenas : Penyakit busuk hati dan busuk akar Phytophthora cinnamomi
Penyemprotan volume tinggi :1,5 – 3 kg/ha
3.      Orthocide 50 WP
Nama dagang : Orthocide 50 WP
Bahan aktif : kaptan 50 %
Volume : 200 gram
Jenis pestisida : Fungisida
Tanaman : Bawang merah (Aliternaria Sp).
Dosis: 10 – 20 g/l
Waktu : 7-10 hari setelah penanaman
Aplikasi : disemprotkan
Penyimpanan : disimpan ditempat tertutup, sejuk, jauh dari api dengan suhu yang tinggi
Petunjuk pertolongan : Tanggalkan pakaian, cuci mata bila terkena mata dengan air bersih, cuci tangan dengan air dan sabun.
4.      Anvil 50 SC
Fungisida sistemik berbentuk suspensi, berwarna putih kecoklat-coklatan untuk mengendalikan penyakit pada tanaman apel, bawang merah, bawang putih, cabai, jambu mete, kacang tanah, karet, kedelai kopi, padi, pisang, semangka dan tomat.
Bahan Aktif : heksakonazol 50g/l
Aplikasi : Penyiraman pada akar/ leher akar dengan selang waktu 6 bulan.
Penyimpanan : disimpan ditempat tertutup, sejuk, jauh dari api dengan suhu yang tinggi
Petunjuk pertolongan : Tanggalkan pakaian, cuci mata bila terkena mata dengan air bersih, cuci tangan dengan air dan sabun.
5.      Antacol 70 WP
Jenis  : Fungisida
Bahan Aktif : Propineb 70%
Ukuran Kemasan : 250g, 500g, 1kg
Antracol adalah fungisida yang memiliki kerja cepat dan telah diproduksi serta dipasarkan di Indonesia selama lebih dari 30 tahun. Antracol sangat cocok untuk mengontrol Phytophthora dan Alternaria untuk sayur-sayuran. Antracol adalah kegiatan residu yang sangat baik.

Hasil yang baik telah dicapai oleh Antracol diantaranya adalah untuk mengatasi penyakit leaf spot pada sayuran. Antracol dapat ditoleransi dengan baik oleh tanaman dalam konsentrasi tertentu. Tidak ada bahaya terbentuknya resistensi (multi-site) / dapat berguna dalam program anti-resistance untuk jenis patogen yang berbeda (downy mildew, Alternaria, scab dll).
6.      Aliette 60 WP
Informasi Produk
Aliette fungisida merek ® memberikan benar, perlindungan dua arah sistemik terhadap Phytophthora, penyakit bulai dan penyakitlainnya. Dengan beberapa mode aksi, Aliette serangan patogenpada tahap pertumbuhan ganda untuk pengendalian penyakit lebih baik secara keseluruhan. Dan tindakan yang unik ganda tidak hanya serangan dan jamur kontrol pada kontak, tetapi jugamerangsang mekanisme sendiri pabrik pertahanan.
Terdaftar Tanaman : Sayuran berdaun, Buah Batu, POME Buah, Pohon Kacang, Jeruk, Berbuah Sayuran.
7.      Delsene MX-200
Nama dagang : Delsene MX-200
Nama bahan aktif : karbendazim dan mankozeb
Volume : 100 gram
Jenis pestisida : Fungisisda
Tanda bahaya : Bahan iritasi
Tanaman Penyakit Dosis Konsentrasi
Kacang tanah Corcospora 1.0-2.0 gr/lt Gr/10 lt air
Aplikasi : dengan penyemprotan
Penyimpanan : ditempat yang aman
Petunjuk pertolongan : Tanggalkan pakaian, cuci mata bila terkena mata dengan air bersih.
8.      Ridomil 35 SD
Nama dagang: Ridomil 35 SD
Bahan aktif : Metaloksil 35 %
Volume : 20x5 gram
Jenis Pestisida: Fungisida
Tanda bahaya : tidak ada
Tanaman Penyakit Dosis
Jagung Bulai ( sclerospora maydis) 5 gram dilarutkan dengan 7.5 ml air
Aplikasi : prantanam dengan merendam benih
Penyimpanan : disimpan ditempat yang aman
Petunjuk pertolongan : Tanggalkan pakaian, cuci mata bila terkena mata dengan air bersih, cuci tangan dengan air dan sabun.
9.      Cupravit OB 21
Grup : Fungisida
Bahan Aktif : Copper oxychloride 50%
Ukuran Kemasan : 1 kg
Fungisida kontak berspektrum luas dan dapat mengontrol berbagai penyakit tanaman. Harus dipergunakan dengan cara penyemprotan di awal pertumbuhan sebagai perlindungan sebelum penyakit menyerang daun atau buah. Penyemprotan harus diulang untuk menghindari terjadinya. pengulangan infeksi dan menyebarnya penyakit dan untuk melindungi daun muda serta pucuk baru.
Rekomendasi:
Tanaman Masalah Dosis Aplikasi
Cokelat
Phytophthora palmivora 4 g/l Foliar spray, dengan volume air 500 l/ha.
Aplikasikan pada gejala yang timbul, dengan interval 7 hari.
10.  Agrifos 400 AS
Agrifos 400 AL atau yang lebih dikenal dahulu dengan nama Agrifos 400 AS adalah fungisida sistemik berbentuk larutan dalam air berwarna bisu muda untuk mengendalikan penyakit pada tanaman anggur, kentang, tomat, nanas, kelapa, dan tembakau di pembibitan.
Petunjuk penggunaan :
1 Kentang, penyakit busuk daun. dosis 2-4ml/ l
2. Tomat, penyakit busuk daun. dosis 1-2ml/ l
Cara dan waktu aplikasi :
Penyemprotan volume tinggi jika ditemukan 1 atau lebih bercak aktif per 10 tanaman pada cuaca berkabut atau kelembaban udara tinggi.
3. Nenas, penyakit busuk hati. dosis 0, 75 - 1, 5 ml/ l.
4. Kelapa, penyakit busuk pucuk gugur buah. dosis 20 - 40 ml/ pohon
cara dan waktu aplikasi :
Penyemprotan colume tinggi, bila terlihat gejala serangan diulangi 1 minggu sekali.infus akar / infus batang.
5. Tembakau di pembibitan, rebah batang. dosis 0, 75 - 1, 5 ml/ l
cara dan waktu aplikasi :
penyemprotan volume tinggi 1 hari sebelum tebar benih, diulangi 1 minggu sekali.
11.  LEBAYCID 550 ES
Trips adalah hama pada tanaman apel.
Ciri: berukuran kecil dengan panjang 1mm; nimfa berwarna putih kekuningkuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat dan bila tersentuh akan segera terbang menghindar.
Gejala:
(1) menjerang daun, kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda;
(2) pada daun terlihat berbintikbintik putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal;
(3) daun pada ujung tunas mengering dan gugur.
(4) pada daun meninggalkan bekas luka berwarna coklat abu-abu.

Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidk
terlalu rapat; (2) penyemprotan dengan insektisida seperti Lebaycid 550 EC.














V.  KESIMPULAN

Setelah dilakukan praktikum tentang pengenalan fungisida, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pestisida adalah zat kimia yang digunakan untuk membunull atau mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jasad pengganggu).
2.      Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi).
3.      Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut.
4.      Setelah dilakunan pengenalan fungisida ternyata setiap jenis fungisida memiliki jenis yang berbeda, baik cara penggunaan,dosis, kegunaanna untuk tanaman, serta cara penggunaan.
5.      Setiap jenis fungisida ada juga yang kegunaannya sama, baik cara pemakainan maupun pembrantasan bagi penyakit.









DAFTAR PUSTAKA

Agrios, George W. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hartono.Label fungisida.2011. http://ekmon-saurus.blogspot.com/2010/12/Label fungisida.  diakses 26 November  2011, 14.00 WIB
Mujim, Subli. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan ( Buku Ajar ). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman.. Bogor: Penebar Swadaya.
Semangun, Haryono. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan.
            Gadjah Mada Univesity Press. Yogyakarta.
















LAMPIRAN

1 komentar: